web 2.0

Sunday, October 23, 2011

“Sang Guru Pejuang”, Prof. Nakoela


(In Memoriam) “Sang Guru Pejuang” Prof. Nakoela

[Agus Taufiq] Prof. Nakoela Soenarta Dipl.-Ing. 20 Oktober 2011 yang lalu, suasana duka menyelimuti seluruh civitas akademika Teknik Mesin. Tak hanya UI, Teknik Mesin di kampus-kampus lain pun turut merasakannya. Bahkan ada kampus yang sampai meliburkan perkuliahannya hari itu. Betapa tidak, tepat dihari itu kita semua kehilangan seorang salah seorang founding father Teknik Mesin, seorang Perintis keberadaan Teknik Mesin di Jakarta. Prof. Nakoela Soenarta Dipl.-Ing. Seorang Pria tangguh nan enerjik yang membhaktikan seluruh sisa usianya untuk dunia pendidikan di Indonesia, khususnya bidang Teknik, hingga saat ini namanya tercantum sebagai GURU BESAR LUAR BIASA UI sebagaimana SK Mendikbud tanggal 1 November 1987. Ya, dialah Prof. Nakoela Soenarta Dipl.-Ing.


Mahasiswa FTUI hari ini mungkin tak banyak yang mengenalnya. Saya sendiri pun baru 2 kali memiliki kesempatan untuk bertemu secara langsung dengan beliau. Pria Kelahiran 25 Oktober 1925 ini sejak berumur 14 tahun sudah memiliki cita-cita untuk bisa mengajar di Universitas dan menjadi seorang Professor. Namun, kondisi finansial keluarga yang terbatas membuatnya beralih haluan dan memulai karirnya di dunia kemiliteran hingga saat menjadi seorang Perwira muda beliau bertugas di staf Territorial Divisi IV Diponegoro yang dipimpin oleh Kolonel Gatot Subroto, dan ternyata disinilah “doa” beliau diterima oleh Yang Maha Kuasa. Karena disini beliau termasuk 33 orang perwira yang ditugaskan untuk belajar ke Eropa. Hingga saat beliau berpangkat Letkol TNI-AD, panggilan jiwa mengoyak hatinya dan menuntunnya untuk meniti karir lain di dunia pendidikan. Berbekal ilmu Teknik Mesin yang selama lebih dari 10 tahun digali di Jerman. Pada tahun 1965, lewat sebuah tawaran Ir. Masduki beserta ajakan Prof.Roosseno dan Prof.Dr.Ir.Soemantri Brodjonegoro (Rektor UI) yang notabene adalah rekan seperjuangan ketika belajar di Eropa, beliau akhirnya mengajar di FTUI hingga dikukuhkan sebagai Profesor pertama bidang Teknik Mesin. Prof. Nakoela Soenarta Dipl.-Ing.

Prof. Nokoela pun sempat menjadi Kepala Jurusan Mesin FTUI 1975-1982. Dimana Kajur sebelumnya Bapak Suhari Sargo mengundurkan diri sebagai Kepala Jurusan. Uniknya yang menjadi calon Kajur adalah Bapak Sri Bintang Pamungkas dan Bapak Poerwoto. Namun, karna satu dan lain hal akhirnya yang terpilih justru Prof. Nakoela, padahal Prof.Nakoela sengaja tidak mencalonkan diri dalam pemilihan kajur karna sedang mempersiapkan diri untuk mengajar di Malaysia. Dan sebenarnya beliau diangkat sebagai Guru Besar Teknik Mesin di Kuala Lumpur. Tetapi nyatanya sang ahli mesin pembakaran dalam (motor bakar) ini membatalkan kepergiannya ke Malaysia, karna beliau didaulat sebagai Kepala Jurusan disini. Selain itu beliau pun berpikir bahwa daripada memintarkan orang Malaysia, lebih baik memintarkan kawula muda Indonesia. Luar biasa. Hal yang unik lainnya dari seorang Prof.Nakoela adalah cara mengajarnya yang sangat disiplin,beliau selalu hadir 30 menit sebelum waktu mengajar dimulai. cara beliau mengadakan ujian pun unik, karna ujiannya lisan dan diuji satu per satu. Sebuh wujud kegigihan beliau dalam memastikan mahasiswanya punya kualitas dan kompetensi.

Prof. Nakoela adalah tokoh yang memiliki gagasan besar agar beban mata kuliah mahasiswa teknik mesin tidak terlalu banyak, tetapi mahasiswa bisa focus mendalami ilmu dan pengetahuannya. agar proses pendidikan teknik mesin lebih terarah dan ilmu yang dikuasai mahasiswa tidak hanya kulitnya dengan harapan lulusan-lulusannya bisa menjadi seorang academic person dengan kompetensi yang jelas dan baik. Akhirnya tercetuslah dari Prof.Nakoela sebuah ide untuk membuat “kabinet-kabinet” dalam ilmu teknik mesin. Kabinet Konversi Energi dipimpin oleh beliau sendiri, kabinet konstruksi diserahkan kepada Pak Suhari Sargo, kabinet air conditioning dikelola oleh Prof. Suwardi, Kabinet Industri diserahkan pada Pak Poerwoto dan Kabinet Perkapalan diserahkan kepada Pak Triwitono.

Ternyata dari Dekan ada “perintah” untuk merintis program studi “Gas” yang pendiriannya bekerjasama dengan Pertamina dan dipimpin oleh Ibu Wendrati Afiat. Maka oleh Prof. Nakoela dinamakanlah Kabinet Gas. Namun dalam benak Prof.Nakeola, kabinet yang pure Mesin adalah : Konversi Energi, konstruksi dan air conditioning. kabinet yang lain diusulkan untuk dipersiapkan agar berkembang menjadi Jurusan. Yakni, Jurusan Gas, Jurusan Industri, dan Jurusan Perkapalan. Dan akhirnya Jurusan Gas dengan cepat berkembang menjadi Teknik Gas dan Petrokimia yang kini kita kenal dengan nama Departemen Teknik Kimia. Jurusan Industri berkembang menjadi Teknik Industri, dan ditahun 1999 meresmikan dirinya menjadi Departemen Teknik Industri. Lain halnya dengan Jurusan Perkapalan yang sempat lama “mati suri” saat dosen-dosennya di kuliahkan ke luar negeri, dan baru mulai dibuka kembali di tahun 2001 menjadi sebuah program studi Teknik Perkapalan. Jadi, bisa dibilang beliau bukan hanya “Bapaknya Mesin”, tetapi “Bapak” dari banyak jurusan di FTUI. Dan sejak pertama Teknik Perkapalan berdiri Prof.Nakoela jugalah yang menyediakan diri untuk mengajar Sistem Permesinan Kapal, karena intinya adalah tentang motor diesel. Bahkan saat kesehatan beliau mulai menurun karena faktor usia, beliau masih bersedia mengajar dan tidak bersedia digantikan, sampai akhirnya DTM yang memutuskan untuk mengganti beliau dengan dosen yang lebih muda demi menjaga kesehatan beliau.

Saat dalam usia lanjut pun, prestasi Prof. Nakoela memang terbilang luar biasa. Sementara sebayanya mengalami penurunan daya pikir. Prof.Nakoela justru gemar senam otak, selain masih aktif mengajar, menulis di blog, membuat buku, juga masih berpikiran tajam dan kritis dalam menyikapi berbagai kondisi-kondisi aktual mulai dari dari pendidikan, sosial budaya, hingga masalah perpolitikan dan kepemimpinan di Indonesia. Hal ini berkat kemampuannya memadukan dan mengolah Naluri, Nalar dan Nurani dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup.

Sangat panjang jika kita detailkan semua jasa beliau bagi dunia Pendidikan di Indonesia. Tak hanya Teknik Mesin UI atau sekedar FTUI. Tetapi beliau juga merupakan founding father bagi Teknik Mesin Unika Atma Jaya, Universitas Pancasila, ISTN, UKI, Universitas Trisakti, IIAL, Untar, dll. Di dunia kemiliteran pun beliau sudah menerima yang tanda jasa berupa Bintang Gerilya, Bintang Kartika Eka Paksi dan Bintang Sewindu Angkatan Perang RI, dll. Yang pasti tujuan adanya notes ini adalah bagaimana kisah patriotik seorang Nakoela Soenarta bukan berakhir sebagai sebuah sejarah belaka yang kelak akan terlupakan dan hilang dimakan zaman, namun dapat menjadi pemantik bagi gelora-gelora perubahan di hati kita semua untuk punya sikap yang sama seperti beliau sebagai seorang Negarawan.

Referensi : Blog, Dosen, Buku (Antara Naluri,Nalar dan Nurani)


No comments:

Post a Comment